Leluhur suku Batak dijuluki Si Raja Batak yang bermukim di kampung bernama Sianjur Mula-mula. Tempat ini terletak di kaki gunung Pusuk Buhit, di tepi Danau Toba. Pusuk Buhit (1.982 meter di atas permukaan laut) adalah satu-satunya anak Gunung Toba purba yang tidak ikut meletus ketika 17.000 tahun lalu terjadi letusan dahsyat yang membentuk Danau Toba.
Saat ini, Sianjur Mula-mula menjadi sebuah desa di bawah Kecamatan Sianjur Mula-mula, Kabupaten Samosir, yang berjarak sekitar 8 kilometer dari Kota Pangururan, Ibu Kota Samosir. SI RAJA BATAK yang diperkirakan hidup tahun 1.200-an memiliki tiga orang anak, yaitu GURU TATEA BULAN, Raja Isombaon, dan Toga Laut.
Dari istrinya yang bernama Si Boru Baso Burning, Tatea Bulan memperoleh 5 orang putra yaitu Si Raja Biak-Biak, TUAN SARIBURAJA, Limbong Mulana, Sagala Raja, Malau Raja dan 4 orang putri yaitu Si Boru Pareme, Si Boru Anting Sabungan, Si Boru Biding Laut, dan Si Boru Nan Tinjo. Terjadi pernikahan inses, Boru Pareme menikah dengan Sariburaja dan melahirkan LONTUNG dan Borbor.
Lontung yang merupakan putra pertama dari Tuan Sariburaja mempunyai 7 orang putra. Mereka adalah Tuan Situmorang, Sinaga Raja, Pandiangan, Toga Nainggolan, Simatupang, Aritonang, dan SIREGAR. Serta dua orang putri: Si Boru Anakpandan serta Si Boru Panggabean. Siregar merupakan anak bungsu dari 9 bersaudara ini.
Dari hasil pernikahannya, Siregar mempunyai empat orang anak bernama Silo, Dongoran, SILALI, dan Siagian. Selanjutnya, Silali memiliki anak bernama SILALI TORUAN atau RITONGA yang menjadi nenek moyang seluruh keluarga Ritonga.
Menurut hikayat, Lontung bermukim di Desa Banuaraja–sebuah daerah perbukitan di sebelah atas Desa Sabulan, di pinggir Danau Toba, berseberangan dengan Pangururan di Pulau Samosir. Pada suatu masa, terjadi banjir besar yang melanda Banuaraja dan Sabulan.
Anak-anak keturunan Lontung mengungsi. Sinaga dan Pandiangan ke Urat-Samosir, Nainggolan ke Nainggolan-Samosir, Simatupang dan Aritonang ke Pulau Sibandang, dan Siregar ke Aeknalas-Sigaol. Sedangkan, Situmorang hanya sampai di Sabulan.
Suatu ketika Aritonang memanggil adiknya, Siregar dari Aeknalas-Sigaol ke Desa Aritonang di Muara, yang akhirnya menetap dan beranak-pinak di situ. Selanjutnya dari Desa Aritonang keluarga Siregar menyebar ke sekitar Muara.
Kemarau panjang melanda Muara yang menyebabkan gagal panen sehingga beberapa keturunan Siregar merantau ke arah Siborongborong-Humbang dan membangun kampung di sana yang diberi nama Lobu Siregar.
Untuk mencari penghidupan yang lebih baik, sebagian dari mereka menjelajah ke arah Pangaribuan dan sebagian lagi menuju Desa Sibatangkayu. Setelah bermukim beberapa lama, mereka pergi lagi ke Bunga Bondar di Sipirok hingga ke Angkola-Tapanuli Selatan.
Mendengar saudara-saudaranya berhasil di perantauan, keturunan Siregar yang masih tinggal di Muara, akhirnya pindah ke Tarutung-Silindung dan mendirikan kampung Simarlala Pansurnapitu. Dari desa itu, mereka berpindah lagi menuju Pantis-Pahae dan berkembang di sana.
Keturunan Siregar yang berasal dari Pantis menjelajah dan mendirikan kampung di Onanhasang, di sekitar Pahae. Dari Onanhasang, keturunannya merantau lagi dan mendirikan kampung di Simangumban dan Bulupayung.
Dengan demikian dapat disimpulkan, silsilah marga Ritonga sebagai berikut:
Si Raja Batak –> Guru Tatea Bulan (1) –> Sariburaja (2) –> Lontung (3) –> Siregar (4) –> SIlali (5) –> Ritonga (6). Artinya, Ritonga adalah generasi keenam keluarga Si Raja Batak.
Sedangkan perjalanan perantauan keluarga Ritonga dimulai dari Banuaraja-Sabulan –> Muara –> Humbang Hasundutan (Dolok Sanggul) –> Pangururan –> Bunga Bondar–Sipirok –> Pahae –> Simangumban –> dan Bulupayung.
(Sumber: margasiregar.wordpress.com, sebuah buku, samosir.go.id, dan sumber lain)
Kita berada pada generasi ke 16 marga Ritonga (dimulai dari Parisang isang Sahorbangon).
Wah…bagaimana cara mengurutkannya itu, Bang?
Ada urutan sissilahnya Mulai dari 1. Parisang Isang sahorbangon s/d 8 Raja Lungguk 9. Oppu Soliapon 10. Toga Raja 11. Oppu Sondang, anaknya 2 laki2(Mangaraja Sotembalon dan Baginda Solumpaton) dengan masing2 keturunan yaitu :12. Mangaraja Sotembalon 13. Baginda Tuan Banggur 14.Malim Sultoni 15. Gunung 16.Hasri Sahran, sedangkan anak oppu Sondang yg 1 lg yaitu 12. Baginda Solumpaton (klu tak salah nama) 13. Jatimbangan 14. Suhu 15. Effendi dan Ali dan 16. Efri dan anak uda kita Ali.
Baru tahu saya. Hebat, Bang, sampe tahu urutannya begitu 😉
Salam kenal bang.. horas. Tinggal dimana bang?
Untuk lebih jelasnya bisa dibaca di Google “TAROMBO MARGA RITONGA” . khusus keluarga besar kita tercantum di urutan ke 49.
Abang punya status yaaaaaa
Namanya blog, Omar. Bukan status.
Saya dari sibolga bang. Bp sy cerita kalau kita jg siregar ritonga dr sipirok. Sy no 16. kalau bs sy pengen diskusi tentang tarombo kalau appara bersedia. Sy sekarang di bekasi timur appara mauliate. SAlam kenal
Salam kenal kembali Paris 🙂 Saya tinggal di Depok. Kapan2 kita diskusi ya…walau saya gak ngerti soal tarombo hahaha….
horaas
Horas ma hita sasudena!
Horasss…
horas…
kalo saya generasi ke 17 dari ritonga mulai dari urutan Sotembalon..
horas…..saya dengar kabar, adanya rencana arisan marga ritonga di seluruh jabodetabek,, seharusnya diadakan kemarin tgl 4 nov 2015, tp tdk jdi krn sesuatu hal.
apa ada yg pnya informasi kpn diadakan kembali…mauliate
Horass, salam kenal saya m haris ritonga, dari lampung.
Menurut tarombo opung ak dgenerasi 15, kmpung ayah ku di sibio bio, dmnakah sibio bio?
saya ritonga 16..
saya juga dari sibio bio uda,kira2 oppung2 nya masih ada yg tinggal disibio bio..
Rambasiala kec.garoga
Sattabi jo bapatua, Manukkun ma jo au, Sian do do ceritana marga Ritonga sahat tu huta batumamak, desa Lottinghen jae 2 kecamatan garoga, Alana Sian Ido asal nami Ritonga, jala 90 persen marga Ritonga do na tinggal di huta i
Pingback: Nias – Nias Generation
Kalau Marga Nainggolan nikah sama boru Ritonga boleh ga?
Ritonga adalah turunan dari Silali Dolok. Bukan dari Silali Toruan kahanggi. Menurut keputusan dari Munas Ritonga pertama di Paran Julu.