Batak Angkola, Bukan Mandailing

Tampak depan Museum Batak, Balige.

Tampak depan Museum Batak, Balige.

Kemarin ada berita, tiket Lebaran sudah habis terjual. Tidak terasa, sudah mau Lebaran lagi. Jadi teringat, Lebaran tahun lalu, Agustus 2012, kami sekeluarga pulang ke Medan. Beberapa hari di Medan, perjalanan dilanjutkan menuju “kampung sebenarnya” bernama Dusun Aeksyah, di Pahae Jae, Tapanuli Selatan yang berjarak sekitar 8 jam perjalanan darat dari Medan,atau sekitar 20 kilometer sebelum Kota Sipirok dari arah Medan.

Dalam perjalanan menuju Aeksyah, kami mampir ke Museum Batak yang menyatu dengan kompleks TB Silalahi Center di Jalan Pagar Batu, Desa Silalahi Pagar Batu-Balige, Kabupaten Toba Samosir. Jarak dari Medan sekitar 5 jam perjalanan atau 250 kilometer. Hari sudah menjelang sore waktu itu. Cuaca hujan dan berkabut.

Ruang pamer Museum Batak, Balige.

Ruang pamer Museum Batak, Balige.

Diresmikan  17 April 2008 oleh  mantan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara T.B. Silalahi, kompleks museum ini dikelola oleh organisasi non-profit yang bertujuan  memelihara, mengembangkan, serta meneliti kebudayaan Batak.  Komplek T.B. Silalahi Center terdiri dari beberapa bangunan utama, di antaranya adalah Museum Batak, gedung konvensi,  museum pribadi T.B. Silalahi, Rumah Bolon (rumah adat Batak yang berukuran besar), serta Huta Batak.

Sesuai namanya, huta yang berarti kampung dalam bahasa  Batak, Huta Batak merupakan miniatur perkampungan Batak. Di dalamnya terdapat beberapa rumah adat tradisional suku Batak yang sudah berusia ratusan tahun  yang dilengkapi pula dengan  Patung Sigale-gale. Patung Sigale-gale ini berupa patung kayu yang bisa digerakkan seperti menari oleh tangan manusia.

Nah, soal Museum Batak, museum megah ini dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 5 hektare dengan luas bangunan sekitar 3.300 meter persegi. Museum ini terdiri dari 4 lantai. Lantai 1 merupakan ruang pamer terbuka dan fasilitas penunjang seperti laboratorium dan ruang dokumentasi. Lantai dua diisi oleh tempat penerimaan tamu dan ruang pamer. Sedangkan lantai tiga adalah ruang pamer dalam ruangan dan ruang audio-visual. Terakhir, lantai empat adalah restoran.

Secara umum, Museum Batak berisi koleksi artefak, peralatan upacara, senjata tradisional, dan kain ulos dari enam subetnik Batak yakni Batak Toba, Simalungun, Karo, Mandailing, Angkola, dan Pakpak.

Ruang pamer Museum Batak, Balige.

Ruang pamer Museum Batak, Balige.

Oya, di bagian taman depan terdapat miniatur Danau Toba dengan ukuran 10X12 meter dan sebuah patung Si Raja Batak yang terbuat dari perunggu setinggi 7 meter. Di bagian depan juga terdapat diorama berupa relief perunggu yang menggambarkan 6 puak Batak.

Patung Si Raja Batak, Museum Batak, Balige.

Patung Si Raja Batak, Museum Batak, Balige.

Lepas dari kemegahan museum yang seolah-olah muncul ‘in the middle of nowhere’ itu,
satu yang paling saya ingat dalam kunjungan singkat itu adalah ternyata marga Ritonga yang mashyur itu, berada dalam sub-etnik Batak Angkola, bukan Batak Mandailing seperti selama ini dikira. Ha! Salah kaprah.

Menurut museum Pak Jenderal ini, subetnik Batak Angkola adalah orang-orang yang sekarang bermukim di Kabupaten Tapanuli Selatan, Kota Padang Sidempuan, Padang Lawas Utara, dan Padang Lawas. Marga-marga yang khas di Angkola adalah Siregar, Harahap, dan Hasibuan. Sistem interaksi sosialnya menganut filosofi dalihan na tolu (tungku yang tiga/bersusun) yang terdiri dari Mora, Kahanggi, dan Anakboru.

Filosofi dalihan na tolu ini penting dalam sistem sosial masyarakat Batak dan upacara ada (horja adat). Pengertian Mora adalah pihak yang memberi boru (perempuan) atau istri. Dalam setiap acara adat, mora mempunyai derajat “paling tinggi”. Posisinya di samping raja-raja dan pemangku adat, Kahanggi adalah saudara semarga.  Sedangkan anak boru adalah pihak  yang menerima boru. Dalam acara adat, anak boru ini posisinya “paling rendah” yang  bisa disuruh-suruh. Tapi, penjelasan ini adalah penyederhanaan saja, filosofinya aslinya sih jauh lebih dalam. Kita bahas lain waktu, ya.

Sedangkan orang Mandailing, sekarang dikenal sebagai orang-orang yang berasal dari Kabupaten Mandailing Natal. Namun, sebagian memang ada yang bermigrasi ke Tapanuli Selatan, Padang Sidempuan, dan Labuhan Batu. Sedangkan sistem interaksi sosialnya sama, menganut filosofi dalihan na tolu yang terdiri dari Mora, Kahanggi, dan Anakboru. Sebenarnya filosofi dalihan na tolu ini sama untuk seluruh subetnik Batak, hanya berbeda istilah saja.

Melihat persebaran penduduk ini,Tapanuli Selatan, khususnya Sipirok condong ke Batak Angkola. Perbedaan yang paling kentara antara Mandailing vs Angkola ini adalah pada pakaian adatnya. Pakaian adat Mandailing didominasi warna merah, dengan ornamen yang ramai. Sedangkan pakaian adat Angkola lebih sederhana dan pengantin prianya didominasi warna hitam. Berarti, waktu menikah dulu berarti salah kostum dong? Apa harus diulang? Hiyaaa…

Pakaian pengantin Batak Mandailing, Museum Batak, Balige.

Pakaian pengantin Batak Mandailing, Museum Batak, Balige.

Pakaian pengantin Batak Angkola, Museum Batak, Balige.

Pakaian pengantin Batak Angkola, Museum Batak, Balige.

Hari sudah menjelang sore, hujan mulai reda, kabut mulai terangkat. Setelah puas memandang-mandang hamparan Danau Toba dan berfoto-foto, kami pun bergegas meninggalkan museum, dengan niat, akan kembali lagi suatu waktu. Horas, Angkola!

Lihat juga:
Belajar dari Perseteruan Mandailing-Batak
Bagaimana Identitas “Batak” Terbentuk?

31 thoughts on “Batak Angkola, Bukan Mandailing

  1. bah bah, bang di madina ima mandailing godang panyabungan tonga tonga dohot mandailing julu sekitar kota nopan, di angkola ima mandailing jae bang. sarupa do sude. di madina hape adong do pakaian hitam adong muse narara. ulang menilai hanya sian museum bang. inda mungkin attong di sub etnik mandailing dibaen 2 jenis warna pakaian sekaligus songoni muse na di sub etnik angkola. sebenarna tapsel dohot madina sarupa sada di julu sada di jae. pakaian na pe sarupa. molo adong najanggal di madina mungkin ima attong naidokkon batak dale batak lilu mgkin inda asli mandailing tp halak naro ato leleng diranto tarlobi bahatma nari halak ranto terpengaruh melayu

    • Katanya juga begitu, sama. Tapi, entah kenapa antropolog menempatkan Mandailing/Angkola menjadi sub-etnik yang berbeda. Dugaan saya, dulunya berbeda, lama-kelamaan menjadi mirip.

    • Tapi saya sedikit kecewa saat searching di google. Saya searching tentang ulos batak toba yang muncul malah ulos angkola. Dan dibawah ulos angkola itu yang tertulis adalah ulos batak toba. Miris sekali melihatnya. Kita tau sendiri kalau ciri khas dari ulos angkola itu adalah memiliki banyak warna, lebih cerah dgn warna dasar coklat, dan punya pola/ragi khas yaitu belah ketupat. Kenapa saat saya searching ulos batak toba malah ulos angkola yg muncul disitu. Ulos nya sama persis dengan ulos angkola, tapi yang tertulis disitu ulos toba. Saya mengajak semua yg ber etnis angkola agar lebih memerhatikan ini dan jika melihat hal hal seperti tolong diluruskan. cara

    • Perbedaan utama antara Angkola dgn Mandailing bukan di busana adat, wilayah ulayat yg berbeda serta marga2 pembentuknya tak sama. Mandailing hari ini umumnya berlobang di Kab. Madinah, marga2nya Lubis, Nasution, dll. Adapun Angkola, umumnya di Tabagsel minus Madina, marganya Harahap, Siregar, Hasibuan, Rambe, Daulay (kalo Ritonga dimasukkan ke Siregar). Daerah Sipirok umumnya dominan Siregar, Padanglawas Utara itu Harahap sedang Padanglawas itu Hasibuan.

  2. aku boru regar, orang tua ku berasal dari paluta, gunung tua tepatnya. tapi aku lahir dan besar di pekanbaru – medan. aku pernah mendengar batak angkola, dan selama ini yang ku tahu kami batak mandailing. tapi setiap pesta adat/saudara ku menikah, selalu pakai baju adat angkola seperti gambar dia atas.

    • Salam kenal Boreg, sering2 pulkam ya. Orang Paluta tak pernah mengaku diri Mandailing sebab Mandailing itu punya identitasnya sendiri. Di perantauan mmg paling mgkn kita dibilang Mandailing sebab kita beragama Islam dan bermarga, tapi itu salah kaprah orang luar utk generalisasi tersebab istilah Angkola itu lebih luas. Dulu sering dipakai istilah Tapsel, itu juga kurang tepat krn skrg sdh pemekaran.

      Mari kita populerkan istilah Angkola, atau kalau mau lebih spesifik lagi: Padang Lawas atau Padang Bolak.

  3. Orang angkola bukanlah orang batak , justru orang batak berasal dari angkola, anda cukup melihat letak geokrafisnya saja, nenek moyang kita pelaut didaerah tobasa jauh dari pesisir, terbentuknya istilah marga karena adat pendahulu kita yg disebut DALIHAN NATOLU,untuk membedakan orang yg bisa kita nikahi, mencegah perkawinan satu keturunan

      • February 11, 2018 at 3:50 pm
        SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK
        Februari 11, 2018

        sabbaangkola

        “SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK”
        SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK DAN BUKAN MANDAILING

        KENAPA BUKAN BATAK ?

        DARI BERBAGAI FAKTA BUKTI DAN ADAT ISTIADATNYA ADA BANYAK SEKALI PERBEDAAN DARIPADA PERSAMAANNYA .

        BEBERAPA CONTOH PERBEDAANNYA ADALAH DARI RUMAH ADAT , PAKAIAN , KESENIAN ADAT ISTIADATNYA BANYAK SEKALI DIDALAM ACARA ACARA ADAT ADANYA PERBEDAAN HINGGA TIMBUL KESALAH PAHAMAN

        BAGAIMANA SUKU ANGKOLA DENGAN SUKU MANDAILING PERBEDAANNYA ?

        SALAH SATU PERBEDAANYA ADALAH :

        SUKU MANDAILING ADALAH BUKAN BATAK DAN TIDAK MAU DISEBUT MELAYU
        Suku Angkola Bukan Batakccç
        SEDANGKAN SUKU ANGKOLA ADALAH BUKAN BATAK TAPI MAU DISEBUT MELAYU

  4. Sebenarnya Mandailing dengan angkola itu sam. sebutan aja yang beda kayak batak toba dengan batak silindung. sebenarnya sama saja.

    • February 11, 2018 at 3:50 pm
      SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK
      Februari 11, 2018

      sabbaangkola

      “SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK”
      SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK DAN BUKAN MANDAILING

      KENAPA BUKAN BATAK ?

      DARI BERBAGAI FAKTA BUKTI DAN ADAT ISTIADATNYA ADA BANYAK SEKALI PERBEDAAN DARIPADA PERSAMAANNYA .

      BEBERAPA CONTOH PERBEDAANNYA ADALAH DARI RUMAH ADAT , PAKAIAN , KESENIAN ADAT ISTIADATNYA BANYAK SEKALI DIDALAM ACARA ACARA ADAT ADANYA PERBEDAAN HINGGA TIMBUL KESALAH PAHAMAN

      BAGAIMANA SUKU ANGKOLA DENGAN SUKU MANDAILING PERBEDAANNYA ?

      SALAH SATU PERBEDAANYA ADALAH :

      SUKU MANDAILING ADALAH BUKAN BATAK DAN TIDAK MAU DISEBUT MELAYU
      Suku Angkola Bukan Batakccç
      SEDANGKAN SUKU ANGKOLA ADALAH BUKAN BATAK TAPI MAU DISEBUT MELAYU

  5. anggo menurutku jaman na jolo marbeda… asi ni amunu ??
    ligima sian rumah adat angkola rap mandailing marbeda corak bope na mirip2 saotik.
    baru sian marga dope hita ligi ma marga na tobang na.kan marga na tobangna siang batak toba & menyebar ke bagian tapanulia an. ima makana di baen guarna BATAK
    dengan berjalannya waktu antara angkola dan mandailing marsada harana mardonokan daerahna

    ima anggo menurutku.anggo adong hata na salah mangido maaf mada.

  6. Batak ya batak, Angkola ya Angkola, Mandailing ya Mandailing,
    Batak itu tema kolektif untuk Angkola, Karo, Mandailing, Pakpak, Simalungun dan Toba. Tak bisa disangkal Angkola itu identik dengan Mandailing, karena letak geografis Angkola dekat dengan Mandailing dan Toba sedikit banyak budaya Angkola di pengaruhi oleh Budaya Mandailing dan Toba.

  7. Jangan disamakan Angkola dan Mandailing, seolah-olah Angkola tu tidak ada, kalo kata kasarnya mana pernah orang Mandailing itu mengganggap Angkola tu bagian dari Mandailing, mgkin karna banyak perkawinan antara Angkola – Mandailing makanya disamakan, dari segi cerita adat dan cerita raja-raja di Angkola tidak sama dengan Raja di Mandailing, di Tanah Angkola saja sangat miris tidak ada situs budaya untuk sukunya sendiri, saya masih ingat di pelajaran SD di tentang adat dan istiadat budaya Tapsel, tidak pernah disebutkan disitu kita Mandailing, mungkin sampai hari ini mata pelajaran tentang adat dan budaya di Tapsel sudah dihapuskan, dari bahasa jga sudah jelas berbeda dengan Mandailing, bukan untuk membeda2kan memang beda, dari pakaian adat juga sudah berbeda, saya juga pernah liat baju tradisional angkola di tampilkan di IPB yang ditampilkan oleh IKAPADA, dari perbedaan alat musik juga Angkola mempunyai beberapa alat musik yaitu “Nungneng” yg berfungsi seperti Gendang yg terbuat dari bambu jauh lebih duluan dari Gendang. Dan baru2 ini kami dari komunitas Explore Tabagsel menampilkannya di Stasiun TV nasional, mnrt saya jangan malu bersuku Angkola kita punya sejarah juga, karna banyak yg merantau dan kurang peduli terhadap budaya yasudah jd Mandailing saja mungkin seperti itu pemikiran mereka! Salam damai, Horas Angkola, Horas Mandailing, Horas Batak! Kita berbeda tapi tetap Indonesia!!!!

  8. Ritonga berasal dri angkola bukan dari toba atau mandiling…keturunan ritonga sudah menyebar kemana2..
    Tetap bangga jadi orang angkola bukan orang mandailing,toba dll
    Horas angkola….

  9. Suku Angkola bukan Suku batak
    #Suku #Angkola
    Salah satu suku tertua yg berada di Indonesia kini tinggal dan menetap diprovinsi sumatera utara dan menyebar keseluruh penjuru dunia
    Ada sebutan tak tertulis di data data buku cerita ibarat sebuah suku legenda
    Dimana suku ini dikait kaitkan dgn suku lainnya.
    Mari kita lestarikan dan mencari jati diri suku angkola yg sesungguhnya
    Banyak cerita dan legenda serta situsnya
    Ang adalah sebuah sebutan kata benda atau orang
    Anggi menyatakan ..adik
    Angkang menyatakan abang
    Angkola menyatakan orang Kola / cola
    saya sebagai orang yg menerima tutur ini sangat menyayangkan bila dikaitkan dgn tutur suku yg lainnya ..
    Karena suku angkola mempunyai adat istiadat tersendiri yg tidak dimiliki oleh suku lainnya .
    Apa sajakah Adat istiadat budaya asli angkola yg tidak dimiliki suku suku lainnya ? Yg ada di angkola
    Mari kita budayakan adat istiadat suku angkola .. dimanapun kita berada
    #Zaman
    #Eramas
    Menambah sedikit info #suku suku didunia

  10. SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK
    Februari 11, 2018

    sabbaangkola

    “SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK”
    SUKU ANGKOLA BUKAN BATAK DAN BUKAN MANDAILING

    KENAPA BUKAN BATAK ?

    DARI BERBAGAI FAKTA BUKTI DAN ADAT ISTIADATNYA ADA BANYAK SEKALI PERBEDAAN DARIPADA PERSAMAANNYA .

    BEBERAPA CONTOH PERBEDAANNYA ADALAH DARI RUMAH ADAT , PAKAIAN , KESENIAN ADAT ISTIADATNYA BANYAK SEKALI DIDALAM ACARA ACARA ADAT ADANYA PERBEDAAN HINGGA TIMBUL KESALAH PAHAMAN

    BAGAIMANA SUKU ANGKOLA DENGAN SUKU MANDAILING PERBEDAANNYA ?

    SALAH SATU PERBEDAANYA ADALAH :

    SUKU MANDAILING ADALAH BUKAN BATAK DAN TIDAK MAU DISEBUT MELAYU
    Suku Angkola Bukan Batakccç
    SEDANGKAN SUKU ANGKOLA ADALAH BUKAN BATAK TAPI MAU DISEBUT MELAYU

  11. Tapi saya sedikit kecewa saat searching di google. Saya searching tentang ulos batak toba yang muncul malah ulos angkola. Dan dibawah ulos angkola itu yang tertulis adalah ulos batak toba. Miris sekali melihatnya. Kita tau sendiri kalau ciri khas dari ulos angkola itu adalah memiliki banyak warna, lebih cerah dgn warna dasar coklat, dan punya pola/ragi khas yaitu belah ketupat. Kenapa saat saya searching ulos batak toba malah ulos angkola yg muncul disitu. Ulos nya sama persis dengan ulos angkola, tapi yang tertulis disitu ulos toba. Saya mengajak semua yg ber etnis angkola agar lebih memerhatikan ini dan jika melihat hal hal seperti tolong diluruskan.

  12. Saya turunan Ompu Toga Langit Harahap > Ompu Sodogoran Harahap > Ompu Saroedak Harahap > Sutan Naga Marsuncang > Sutan Khatautan Harahap > Baginda Paraduan Harahap > Sutan Pandapotan Harahap > Saya. Dari Bagas godang di Hutaimbaru padangsidimpuan.
    Saya melihat banyak yg komen kalau mandailing dan angkola adalah sama. Bahkan ada yang menyebutkan angkola adalah hasil perpaduan Mandailing dan Toba. Ini sangat keliru.
    Saya tegaskan, angkola adalah bangsa yang berdiri sendiri, bukan berdiri dari etnik lain. Dan Angkola tidak sama dengan mandailing baik dari segi budaya apalagi marga. Silahkan tanya pada paradat di mandailing apakah mereka sama dengan angkola, saya yakin tidak sama. Mandailing itu tidak pernah menyamakan dirinya dengan angkola dan sebaliknya juga angkola. Tapi ada sebagian masyarakat yang sebenarnya bukan dari keluarga paradat tapi menyamakan mandailing dan angkola. Memang dari segi bahasa sekilas sama, tapi itu di jaman sekarang. Di jaman dulu bahasa di mandailing dan angkola sangat kelihatan bedanya. Yang sekarang terlihat beda hanya lah logat nya.
    Dari segi budaya juga berbeda. Walaupun ada beberapa kemiripan bukan berarti sama. Jangan cuma dilihat dari kulit. Misalnya coba perhatikan pernikahan menurut adat angkola dgn adat mandailing, perhatikan susunan acara nya.
    Dari segi marga, marga di angkola itu Harahap, Siregar, Hasibuan, Pane, Hutasuhut, Ritonga, dll. Sedangkan mandailing marga yg paling mendominasi adalah Nasution, Lubis, lalu rangkuti, pulungan, dll. Jadi jangan keliru, harahap bukan mandailing sebaliknya lubis bukan angkola.
    Marga harahap persebarannya luas, mulai dari sidimpuan sampai padang bolak, bahkan banyak marga harahap yang merantau ke jakarta sebelum indonesia merdeka.
    Marga siregar umumnya di sipirok, marga hasibuan umumnya di sibuhuan. Marga nasution di panyabungan, marga lubis di mandailing julu.
    Kalau masalah pakaian adat di angkola itu sudah dari dulu memang berwarna hitam, tidak pernah merah. Tapi kalau pakaian raja tidak menentu tapi biasanya warna kuning, kadang juga hitam.
    Untuk rumah adat angkola itu bentuk rumah panggung, yang tiap kakinya memiliki pondasi beralaskan semen. Sampai sekarang masih banyak di tapsel. Biasanya rumahnya dari depan bejendela kaca. Penduduk tapsel/angkola dijaman dulu sudah maju dari etnik lain disekitarnya. Penduduk angkola sudah mampu membangun rumah dengan jendela kaca dibagian depan, bertangga semen, atap seng yang menjulang tinggi yg menjadi ciri khas sendiri, sudah mengenal mengetam kayu, dan mengenal teknik sambung alur lidah yg digunakan pada dindingnya sehingga dinding rumah2 di tapsel itu tdk memiliki celah.
    Kalau bentuk istana raja itu tidak punya ketetapan bentuk. Yang jelas kalau dia raja godang/raja panusunan pasti istananya punya sopo godang yang jadi balai sidang adat, perkumpulan para raja. Raja raja angkola juga masih punya tingkatan, seperti raja panusunan bulung, raja pamusuk, raja huta dll.
    Asal muasal etnis angkola itu bukan dari toba. Mungkin ada beberapa marga dari toba yang merantau ke angkola, tapi bukan berarti etnis angkola berasal dari toba. Tolong dibedakan antara etnis dengan marga. Angkola itu etnis yang tua. Bukti peradaban kuno etnis angkola adalah candi candi di portibi atau candi bahal yang berasal dari abad ke 8-9M. Sedangkan toba itu adalah etnis termuda di sumut. Raja batak toba adalah si raja batak yang turun dari kayangan dan tinggal di pusuk buhit samosir. Si raja batak ini muncul sekitar tahun 1200M, ada sumber lain menyebutkan si Raja Batak ini muncul 1375M. Berarti usia peradaban batak atau batak toba masih 700-800 tahun. Sedangkan angkola sudah punya candi dari abad ke 8M atau 1200 tahun yang lalu.
    Dipercaya etnis angkola ini sebenarnya berasal dari semenanjung India, ada sumber lain menyebut dari yaman. Dari semenanjung India berlayar di Samudra Hindia dan sampai di pantai barat sumatera. Dari pantai masuk ke pedalaman dan sampai di sungai barumun padang lawas. Ingatlah, peradaban itu selalu dekat dengan sumber air karna air adalah sumber kehidupan. Sama dengan peradaban cina yang bermula dari tepi sungai Yang Tze. Di dekat sungai barumun dibangun candi candi. Etnis angkola dulunya adalah bangsa yang nomaden (hidup berpindah2). Dari sekitar sungai barumun sebagian pindah ke sungai batang angkola. Sebagian lagi masih menetap di dekat sungai barumun dan bertani. Etnis angkola adalah etnis yang terkenal memelihara kerbau karna tipikal daerah sekitaran barumun atau di padang lawas adalah rerumputan dan cocok berternak kerbau. Makanya sampai sekarang memotong kerbau dlm upacara adat adalah sebuah tradisi. Memotong kerbau jadi simbol atau tolok ukur seberapa besar sebuah pesta adat. Jika pesta adat tsb memotong kerbau itu menandakan pesta tsb adalah pesta besar dan raja Panusunan Bulung dan Raja Pamusuk bokeh diundang ke dalam pesta, dan juga pasangan pengantin boleh manortor diatas panggung. Jika tdk memotong kerbau maka raja panusunan dan raja pamusuk tidak akan diundang dan pengantin tdk boleh manortor di panggung. Daerah daerah angkola juga biasanya ditandai dengan “Padang” seperti padang bolak, padang lawas, dan padangsidimpuan. Kesamaan antara daerah ini adalah berupa daerah rerumputan yang sama sama cocok utk memelihara kerbau.
    Angkola maupun mandailing sama sama masuk ke dalam kitab kertagama sebagai daerah yg ingin ditaklukkan kerajaan majapahit. Kita semua tahu patih gadjah mada dari majapahit bersumpah palapa, akan mempersatukan nusantara. Daerah yg ingin ditaklukkan oleh majapahit yang tertulis dalam kitab kertagama untuk teritori pulau sumatera adalah kerajaan pagaruyung di minangkabau, padang lawas (angkola), mandahiling (Mandailing), rokan, perlak (di aceh), siak (di pekanbaru), lamuri, kandis, panai, tamihang (di aceh), jambi, barus (kota barus sumut), lampung, dan palembang. Kerajaan Majapahit sebenarnya lanjutan dari kerajaan singosari. Kerajaan majapahit berdiri tahun 1293M. Dan kitab kertagama selesai tahun 1365M oleh Mpu Prapanca. Sedangkan kalau kita tarik ke toba yang tadinya si raja batak turun dari kayangan di tahun 1200M atau sumber lainnya 1375M. Kenapa nama/daerah toba saat itu tidak masuk ke kitab kertagama?? Berarti saat itu daerah toba belum berbentuk kerajaan alias masih berupa perkumpulan kecil sedangkan daerah angkola sudah lama berdiri dan punya candi 400 tahun sebelumnya.
    Kalau dari segi wilayah, wilayah toba itu berada di pegunungan, sedangkan wilayah padang lawas atau angkola itu berada di dataran rendah. Menurut antropolog peradaban itu dimulai dari pantai lalu masuk ke pedalaman berupa dataran rendah. Tidak ada peradaban dari gunung lalu menyebar ke dataran rendah. Jadi tidak mungkin dari toba lalu menyebar ke angkola. Yang mungkin adalah dari angkola menyebar ke toba. Itu dari segi antroplog nya.
    Kalau dari segi kemajuan, sebuah peradaban tua pasti lebih maju daripada peradaban yang lebih muda. Semua penduduk sumut juga tau kalau daerah tapsel itu seperti sidimpuan lebih maju dari daerah toba seperti tarutung, balige, maupun samosir. Sidimpuan itu kota tua, salah satu kota bekas afdeling di jaman belanda.
    Sejarah mencatat, sebelum Indonesia merdeka, wilayah pemerintahan di Tapanuli Selatan dahulunya bernama Afdeling. Dipimpin oleh sorang Residen dengan pusat Pemerintahan Padangsidimpuan. Membawahi 3 Onder Afdeling dan masing2 dipimpin oleh controlleur, seterusnya membawahi Onder Distrik dipimpin oleh Asisten Demang.
    Onder Afdeling di bawah Afdeling, antara lain Angkola dan Sipirok berpusat di Padangsidimpuan. Onder Afdeling Padang Lawas di Sibuhuan dan Onder Afdeling Mandailing di Kota Nopan.
    Selanjutnya Onder Afdeling yang membawahi Onder Distrik. Angkola, membawahi 3 Distrik masing-masing Angkola dengan pusat Padangsidimpuan, Batang Toru di Batang Toru dan Distrik Sipirok di Sipirok. Onder Distrik ini membawahi pula Luhat/Kuria yang dipimpin oleh Kepala Kuria.
    Sebelum kemerdekaan, ketiga Onder Afdeling yang ada, sama kedudukannya dengan kabupaten yang dipimpin oleh Bupati. Setelah pemulihan kekuasaan tahun 1949, seluruhnya digabung menjadi satu Kabupaten (Tapanuli Selatan) dengan pusat pemerintahan di Padangsidimpuan sampai tahun 1999 dimekarkan menjadi kotamadya sampai sekarang. Sidimpuan terkenal sbg kota kebersihan, kota pendidikan. Sejak dulu sudah banyak kampus di sidimpuan, punya 2 rumah sakit umum, punya tata pemerintahan dan kantor yg tersusun rapi. Memang betul betul sebuah kota. Makanya banyak investor asing yg membuka usaha di sidimpuan seperti membuka mall, kfc, hotel hotel, dll. Investor asing hanya mau membuka usaha di tempat yg mempunyai potensi. Investor tdk mau membuka usaha di daerah yg masih tertinggal. Begitu juga di jakan belanda, pemerintah belanda hanya mendirikan kantor di tempat yamg memang sudah berkembang. Sebenanrya sidimpuan tdk ada bedanya dgn medan, hanya saja medan lebih luas. Bahkan sudah sering direncanakan Tapsel dengan daerah pecahannya (Tapsel, sidimpuan, madina, palas, paluta) layak dijadikan provinsi baru dgn ibukota di sidimpuan. Maksud saya membahas ini bukan utk memamerkan sidimpuan atau tapsel, tpi kita fokus utk melihat bagaimana daerah tapsel dgn daerah tetangga seperti toba. Inilah bukti bahwa tapsel dengan etnis angkola nya adalah sebuah peradaban yg lebih tua.
    Tapi budaya mandailing dan toba lebih dikenal daripada angkola. Ini disebabkan karena kemajuan tadi yg tidak dibarengi dgn budaya. Daerah semakin maju tapi budaya semakin tinggal. Ditambah lagi penutur budaya angkola dangat minim. Orang tua juga tdk mewariskan budaya thd anak. Generasi muda kurang minat menpelajari sejarah asal muasal etnisnya sendiri. Ditambah lagi adanya anggapan bahwa mandailing dan angkola adalah sama sehingga yang dikenal hanya mandailing saja. Inilah yang harus dikembalikan dan diluruskan.
    Horas Angkola, Horas Mandailing!. Horas Sidimpuan, Tapsel, Madina, Palas, Paluta. Horas Tondi Madingin Pir Tondi Matogu, Sayur Matua Bulung!!!

    • Berarti Harahap itu termasuk Batak Angkola ya? Saya selama ini taunya dari orang tua bahwa Harahap itu Batak Mandailing. Tapi ketika sepupu atau saudara saya menikah, mereka menggunakan pakaian adat mirip seperti Batak Angkola yang didominasi hitam dan sedikit merah. Bahkan saya mengira pernikahan sepupu saya itu memakai adat Melayu karena tidak ada acara manortor didalamnya seperti acara pernikahan adat Batak lainnya

Leave a reply to Parbeang Cancel reply